Berita > Baca 2024-01-27 05:46:41

Kepulauan Banda, Sumber Penghasil Pala Pertama di Dunia

Zaman dulu Kepulauan Banda merupakan pusat penghasil Pala di dunia. Mungkin jika bukan karena buah Pala, pulau ini takkan pernah terdengar namanya. Sempat berada dibawah otoritas Portugis, Kepulauan Banda akhirnya jatuh ke tangan VOC (Belanda) pada 1605. Saat itu, Pala menjadi berkah sekaligus bencana bagi orang Banda. Terjadinya genosida hingga sempat “ditukar” dengan Pulau Manhattan di New York menjadi deretan kisah menarik yang patut untuk disimak.
banda-1
banda-2
banda-3
banda-4
banda-5
banda-6
banda-7

Kepulauan Banda, mungkin jika bukan karena buah Pala pulau ini takkan pernah terdengar namanya. Pala adalah jiwa, sejarah, dan ekonomi kepulauan Banda. Selama berabad lamanya, inilah satu-satunya tempat di dunia yang menghasilkan buah Pala sekaligus menjadi titik mula penyebaran pala ke berbagai belahan dunia. Kepulauan Banda sendiri secara administratif termasuk kedalam wilayah kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, provinsi Maluku. Kepulauan Banda merupakan daerah yang hasil produksinya tidak berbasis pada pertanian. Produksi perkebunan dari Kepulauan Banda hanyalah Pala. Di pulau ini tanaman Pala dapat tumbuh berkelanjutan dari angin dan curah hujan serta iklim belerang vulkanik.

Jauh sebelum datangnya orang-orang Cina dan Arab, masyarakat Banda telah menjalani zaman purbakala atau kuno. Hal tersebut diperkuat dengan sumber sejarah berupa artefak meja batu Dolmen yang digunakan dalam upacara persembahan. Sementara bukti adanya interaksi dengan bangsa Cina yaitu ditemukannya tulang dan gigi babi serta piring-piring keramik yang berasal dari Dinasti Ming. Selain keramik yang menandakan terjadinya pertukaran dengan rempah-rempah Kepulauan Banda, ditemukan pula kain tenun dan tekstil produksi pesisir barat India yakni Gujarat, Koromandel, dan Bengali. Hal yang menarik berlangsung di Kepulauan Banda bahwa secara fisik hampir tidak ditemukan pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha. Bahkan hingga kini penduduk Cina di Banda masih menjalankan ajaran dan tetap teguh dengan agama Kong Hu Cu.

Pada masa kedatangan orang-orang Eropa di Kepulauan Banda, jejak yang paling terlihat secara fisik adalah bangunan Benteng Nassau yang menjadi tempat eksekusi 44 orang kaya Banda. Sebelumnya pada tahun 1605, Belanda terlebih dahulu menyingkirkan Portugis setelah menaklukan Ambon. Setelah menjadi penguasa penuh atas Banda, VOC membuat perjanjian dengan warga Banda yang mengharuskan warga untuk menjual pala dan bunga pala hanya kepada VOC secara eksklusif. Tetapi warga Banda masih tetap menjual hasil buminya kepada pedagang dari Jawa, Makassar, dan Inggris. Tahun 1609, ketegangan semakin memuncak. Admiral Verhoeff dari Belanda harus meregang nyawa saat negosiasi dengan warga Banda. Konflik berdarah terbesar berlangsung pada 1621 antara VOC dengan orang-orang kaya di Banda yang berakhir dengan penumpasan dan pengusiran hampir seluruh penduduk Banda. Sekitar 1000 orang Banda berhasil menyelamatkan diri dari tragedi tersebut. Berkurangnya populasi warga lokal menjadi kesempatan bagi VOC untuk kemudian menegakkan sistem perbudakan di Banda.

Bertepatan dengan konflik yang terjadi antara VOC dan warga Banda, Inggris datang untuk mendirikan koloni di pulau-pulau terpencil Kepulauan Banda yaitu Pulau Run dan Ay pada tahun 1616. Untuk seterusnya, Belanda dan Inggris terus terlibat dalam pertempuran hingga 50 tahun ke depan, Belanda yang ingin menguasai Kepulauan Banda sepenuhnya terhalang oleh Inggris yang berkuasa di Pulau Run dan Ay. Hingga akhirnya, keduanya sepakat untuk berkompromi dan terjadi sebuah pertukaran dalam Perjanjian Breda pada 1667. Inggris bersedia memberikan pulau Run ke Belanda, dengan Belanda menyerahkan pulau Manhattan di New York. Perjanjian ini selanjutnya memuluskan monopoli VOC (Belanda) atas perdagangan Pala global.

Setelah terbukanya jalur pelayaran dan perdagangan rempah, banyak negara luar khususnya Eropa mencoba mengembangkan bibit-bibit pohon pala hasil selundupan di luar tempat asalnya, Banda. Seperti yang dilakukan seorang ahli hortikultura berkebangsaan Perancis, Pierre Poivre yang berhasil mencapai pulau Banda dan menyelundupkan buah pala dan bibit pohonnya untuk kemudian di tanam di koloni mereka di Mauritius. Hal yang sama juga dilakukan oleh Inggris pada 1796 hingga 1802, mereka berhasil menguasai Banda dan mengembangkan perkebunan Pala di Penang dan Singapura juga di daerah-daerah jajahan lain seperti Pulau Grenada di Karibia, yang pada akhirnya menjadi daerah pengekspor Pala terbesar di dunia sekaligus menggeser posisi Pulau Banda sebagai pusat pengekspor pala terbesar di dunia. Meskipun begitu, hingga kini pulau Banda menjadi saksi bisu sejarah kelam kejayaan rempah Nusantara.

---

Referensi:

Hanna, Willard Anderson .1991. Indonesian Banda: Colonialism and Its Aftermath in the Nutmeg Islands. Moluccas, East Indonesia. Yayasan Warisan dan Budaya Banda Neira.

Razif dan M. Fauzi .2017. Jalur Rempah dan Dinamika Masyarakatnya Abad X-XVI Kepulauan Banda, Jambi, dan Pantai Utara Jawa. Jakarta: Kemendikbud.

Kompas.com

Thehistoryreader.com